Karenamanusia sudah beralih pada tingkat kehidupan bercocok tanam, maka pola hidupnya tidak lagi nomaden atau berpindah-pindah. Manusia sudah mulai menetap di suatu tempat, yang dekat dengan alam yang diolahnya. Binatang buruan pun sudah ada yang mulai dipelihara. Dengan demikian, bercocok tanam dan beternak sudah berkembang pada masa ini.
JAKARTA, - Memelihara dan merawat tanaman di rumah kini menjadi tren yang banyak dilakukan selama pandemi Covid-19. Tanaman-tanaman itu tidak hanya tumbuh di halaman rumah yang luas, melainkan juga dirawat dan ditanam di dalam ruangan, seperti disudut-sudut jendela, kamar, dan juga di ruang lainnya. Kegiatan merawat tanaman ini bisa dilakukan oleh siapa pun, tak terkecuali mereka yang tinggal di apartemen dengan ruang juga Jangan Dibuang, Manfaatkan 4 Sampah Dapur buat Suburkan Tanaman Dilansir dari Prestige Online, berikut cara bercocok tanam di apartemen sempit 1. Pilih sudut yang terpapar cahayaSetiap tanaman pada dasarnya membutuhkan cahaya matahari agar dapat tumbuh dengan kadar berbeda. Ada tanaman yang membutuhkan banyak cahaya matahari, tetapi ada juga tanaman yang tidak memerlukan banyak cahaya. Dua hal yang dibutuhkan ketika merawat tanaman adalah soal kelembaban dan suhu. Anda mesti menentukan di mana spot atau lokasi yang cocok untuk meletakkan tanaman tersebut. Misalnya di dekat jendela, atau di ruang tamu, di balkon atau di tempat yang terkena paparan cahaya matahari. Buatlahanalisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocok tanam. SD. SMP. SMA SBMPTN & UTBK. Produk Ruangguru. Beranda; SMA; Sejarah; Buatlah analisis tentang hubungan antara pola temp RR. Revi R. 14 September 2021 00:43. Pertanyaan. Buatlah analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocok tanam
- Sejarah kehidupan manusia purba pada zaman praaksara sudah memiliki jenis pola hunian. Masyarakat manusia purba pada masa awal menerapkan hunian dengan pola berpindah-pindah atau dua jenis pola hunian manusia purba pada zaman praaksara, yakni tempat yang berdekatan dengan sumber air dan hidup di alam terbuka. Di sekitar sumber air tersebut terdapat banyak makanan, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ketika sumber makanan habis, mereka akan berpindah mencari tempat Abdullah melalui buku Indonesia dalam Arus Sejarah Prasejarah Jilid 1 2012 menjelaskan, pola hunian manusia purba di masa praaksara tersebut dapatdilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi Indonesia, beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo seperti situs Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, Ngandong, dan juga Fosil Pithecanthropus Mojokertensis Sejarah, Arti, Penemu, & Ciri Arti Meganthropus Paleojavanicus Sejarah, Penemu, Ciri, & Karakter Apa Saja Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia? Jenis Pola Hunian Manusia Purba Dikutip dari buku Sejarah Indonesia 2014 yang disusun Mestika Zed dan kawan-kawan, diterangkan bahwa pola khas hunian manusia purba dibagi menjadi dua karakter khas, yakni sebagai berikut1. Kedekatan dengan sumber air Ketersediaan air bersifat pokok dalam kebutuhan makhluk hidup. Maka, di daerah yang dekat sumber air, akan ada banyak bahan makanan untuk manusia purba, seperti berbagai jenis hewan dan Kehidupan di Alam Terbuka Manusia purba cenderung hidup di dekat aliran sungai. Pola ini menunjukkan bahwa manusia purba hidup pada alam terbuka dan menerapkan pola nomaden atau purba juga memanfaatkan gua-gua sebagai tempat tinggal sementara alias tidak menetap dalam waktu yang lama. Ketika sumber makanan di sekitar mereka habis, maka akan mencari tempat tinggal yang baru, begitu dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017, pada masa food-gathering atau masa berburu dan meramu, manusia purba sangat bergantung kepada kondisi alam. Baca juga Sejarah Pithecanthropus Erectus Penemu, Ciri, & Lokasi Ditemukan Sejarah Fosil Homo Wajakensis Penemu, Lokasi, dan Ciri-ciri Sumber Sejarah Kerajaan Salakanegara Letak, Keruntuhan, Raja-raja Veni Rosfenti dalam Modul Sejarah Indonesia Kelas X 2012 mengungkapkan, perkakas yang digunakan oleh manusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal adalah batu utuh sederhana yang digunakan untuk memotong daging hasil buruan. Sedangkan pada masa food-producing atau masa bercocok-tanam, mereka mulai hidup menetap. Kehidupan mulai terorganisir dan berkelompok di suatu tempat. Manusia purba mulai memproduksi makanan bahkan mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada juga Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga Letak, Pendiri, & Masa Kejayaan Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kalingga, Peninggalan, Daftar Raja-Ratu Sejarah Kerajaan Buleleng Pendiri, Letak, Raja, & Peninggalan Bukti-bukti Peninggalan Ada beberapa bukti peninggalan kehidupan manusia purba di Indonesia pada masa awal dilihat dari pola huniannya, demikian dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017.Seorang arkeolog bernama Von Stein Callenfels pada 1928-1931 melakukan penelitian di Gua Lawat, Ponorogo, Jawa Timur. Di situs itu, ditemukan abris sous roche yakni gua yang berbentuk ceruk pada karang yang dipakai sebagai rumah atau tempat tinggal sementara oleh manusia juga Sejarah Kemunduran Peradaban Islam Faktor dan Penyebabnya Sejarah Masjid Saka Tunggal Kebumen Ciri Arsitektur & Filosofinya Sejarah & Profil Sunan Gresik Wali Penyebar Islam Pertama di Jawa Kebudayaan abris sous roche ditemukan pula di beberapa daerah di Jawa Timur lainnya seperti Besuki dan Bojonegoro, juga di Sulawesi Selatan seperti di Lamocong. Selain itu, ditemukan juuga sampah dapur atau kjokkenmoddinger. Ini merupakan tumpukan kulit kerang, siput, atau tulang ikan. Sampah dapur banyak ditemukan di pesisir pantai Sumatera. Peninggalan beberapa hasil teknologi bebatuan juga ditemukan, seperti ujung panah, flake alat-alat kecil dari batu, batu penggiling dan beberapa peralatan sederhana dari tanduk juga Masjid Menara Kudus Sejarah, Pendiri, & Ciri Khas Arsitektur Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang Kronologi, Tokoh, Akhir Sejarah Operasi Trikora Latar Belakang, Isi, Tujuan, dan Tokoh - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Iswara N Raditya

Hubunganpola tempat tinggal dengan bercocok tanam.Bercocok tanam pada tahap awal adalah berhuma yaitu lakukanlah pengamatan terhadap kehidupan anggota masyarakat disekitar tempat tinggal kalian yang berkaitan dengan tutur kata sikap dan perilaku yang biasa ditampilkan atau dilakukantulislah hasil pengamata kalian dalam bentuk karangan deskripsi sebanyak 6 sampai 10 paragraf.

- Kehidupan suatu masyarakat dari masa ke masa selalu berkembang dan mengalami perubahan. Begitu pula dengan corak kehidupan manusia zaman prasejarah. Pada awalnya, masyarakat praaksara hidup secara berpindah-pindah nomaden dengan memanfaatkan alat-alat primitif yang masih sangat mereka berubah menjadi semi nomaden, dan berubah lagi menjadi menetap di suatu tempat. Berdasarkan corak kehidupannya, zaman praaksara dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu masa berburu dan meramu, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Masa berburu dan meramu Corak kehidupan manusia purba yang paling sederhana, yaitu pada masa berburu dan meramu. Pada periode awal munculnya peradaban manusia ini, kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan bahan yang disediakan alam masih sangat terbatas. Umumnya, peralatan yang digunakan terbuat dari batu, kayu, atau tulang yang masih sederhana. Masa berburu dan meramu dibagi menjadi dua, yaitu masa berburu dan meramu tingkat awal dan masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Baca juga Nomaden Sejarah dan Perkembangannya Masa berburu dan meramu tingkat awal Corak kehidupan manusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal adalah nomaden berpindah-pindah tempat. Mereka terus berpindah mencari daerah baru yang melimpah sumber daya alamnya. Sebab, sumber utama kehidupan mereka bergantung pada ketersediaan alam. Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal diperkirakan satu periode dengan Zaman Paleolitikum. a. Kehidupan ekonomi Kehidupan ekonomi masyarakat berburu dan meramu tingkat awal sepenuhnya dari mencari dan mengumpulkan makanan food gathering. Makanan yang dikumpulkan berupa umbi-umbian, buah-buahan, keladi, dan daun-daunan. Bahan makanan yang mereka dapat langsung dimakan alias tidak dimasak, karena masyarakatnya belum mengenal api untuk mengolah makanan. b. Pola hunian Pola hunian manusia purba pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal mempunyai dua ciri khas, yaitu kedekatan dengan sumber air dan kehidupan di alam terbuka. Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti ini dapat ditemui di situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo. Baca juga Zaman Paleolitikum Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung c. Kehidupan sosial Manusia pada periode ini hidup secara berkelompok di mana satu orang akan bertugas sebagai pemimpinnya. Pemimpin kelompok inilah yang akan memandu anggota lainnya untuk berpindah tempat. Selain itu, anggota kelompok laki-laki bertugas memburu hewan sementara perempuan bertugas mengumpulkan makanan. d. Peralatan yang digunakan Pada periode ini, sudah terdapat teknik pembuatan alat, tetapi masih sangat sederhana dan kasar. Peralatan dari batu yang dihasilkan biasanya berupa kapak perimbas dan alat-alat serpih. Masa berburu dan meramu tingkat lanjut Corak kehidupan manusia praaksara pada periode ini setingkat lebih tinggi daripada masyarakat berburu dan meramu tingkat awal. Hal ini terlihat dari teknik pembuatan alat, tempat tinggal, ataupun kesenian. Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan satu periode dengan Zaman Mesolitikum. Baca juga Zaman Mesolitikum Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri a. Kehidupan ekonomi Cara memperoleh makanan masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut masih bersifat food gathering. Makanan yang dikumpulkan tidak hanya berupa umbi-umbian, buah-buahan, keladi, dan daun-daunan, tetapi juga siput dan kerang. Bukti bahwa masyarakatnya juga sering mengonsumsi kerang dan siput adalah ditemukannya kjokkenmoddinger sampah bukit kerang. b. Pola hunian Manusia purba pada periode ini sudah mulai hidup semisedenter, yaitu kadang menetap di gua-gua alam dan berpindah lagi mencari gua lain yang memiliki banyak bahan makanan. Contoh peninggalan yang khas dari masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut adalah abris sous roche, yaitu gua menyerupai ceruk batu karang yang digunakan sebagai tempat tinggal. c. Peralatan yang digunakan Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah menghasilkan berbagai kebudayaan, meskipun belum berkembang pesat. Beberapa contoh hasil kebudayaan dari periode ini adalah kapak perimbas, kapak sumatra, kapak penetak, anak panah, serta alat dari tulang dan tanduk rusa. Baca juga Abris Sous Roche Pengertian, Fungsi, dan Lokasi Penemuan Masa bercocok tanam Cara hidup dengan berburu dan meramu mulai ditinggalkan oleh masyarakat prasejarah. Kemampuan berpikir mereka semakin terasah untuk menjawab tantangan alam. Hal ini ditandai dengan kemampuan mereka dalam menghasilkan makanan dengan bercocok yang hidup pada masa bercocok tanam diperkirakan satu periode dengan Zaman Neolitikum. Masa bercocok tanam sering disebut sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara. a. Kehidupan ekonomi Secara ekonomi, manusia pada periode ini telah berhasil mengolah makanan sendiri food producing. Hutan yang mereka buka kemudian ditanami dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Sementara binatang buruan yang mereka tangkap mulai dipelihara dan diternak. Hewan yang diternakkan antara lain kerbau, kuda, sapi, babi, dan unggas. Selain itu, masyarakatnya diperkirakan telah mengenal sistem pertukaran barang alias barter. Baca juga Revolusi Neolitik Pengertian, Teori Pendukung, dan Hasil Kebudayaan b. Pola hunian Ketika beralih ke kehidupan bercocok tanam, pola hunian manusia purba pun berubah. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat atau nomaden, tetapi menetap di suatu tempat. Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya. c. Kehidupan sosial Karena hunian mereka telah menetap, masyarakat masa bercocok tanam hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil. Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong. Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya. d. Peralatan yang digunakan Masyarakat pada periode ini mampu membuat peralatan dari batu yang telah dihaluskan dan memperhatikan sisi keindahannya. Hasil kebudayaan utamanya adalah kapak lonjong dan kapak persegi. Di samping itu, masyarakat pada masa bercocok tanam telah mengenal pakaian dari kulit kayu. Baca juga Zaman Neolitikum Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan e. Kepercayaan Masyarakat pada masa bercocok tanam mengenal kepercayaan bahwa orang yang meninggal akan memasuki alam lain. Oleh karenanya, orang yang meninggal akan dibekali benda-benda keperluan sehari-hari. Berkaitan dengan kepercayaan ini, muncul tradisi pendirian bangunan besar yang disebut tradisi megalitik. Beberapa contoh bangunan megalitik adalah dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak. Masa perundagian Kata perundagian diambil dari kata undagi, yang artinya seseorang yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam. Masa perundagian merupakan periode akhir prasejarah atau yang lazim disebut Zaman Logam. Baca juga Zaman Logam Pembagian dan Peninggalan a. Kehidupan ekonomi Masyarakat masa perundagian tidak hanya bercocok tanam dengan berladang, tetapi juga mengolah sawah. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa mereka mampu mengatur kehidupan ekonominya dan berpikir bagaimana memenuhi kebutuhan di musim yang akan datang. Hasil panen pertanian biasanya disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan. Mereka juga melakukan perdagangan dengan jangkauan lebih luas, bahkan antar pulau. b. Kehidupan sosial Kehidupan sosial manusia pada masa perundagian sudah semakin teratur. Pemimpin masyarakat biasanya dipilih melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan roh nenek moyang. Selain itu, masyarakatnya mulai terbagi ke dalam kelompok sesuai keahlian mereka, misalnya kelompok petani, undagi, pedangan, dan sebagainya. c. Peralatan yang digunakan Masyarakat perundagian menggunakan peralatan yang terbuat dari logam. Teknologi pembuatan benda-benda dari logam pun mengalami perkembangan pesat. Beberapa peralatan dari logam yang mereka hasilkan antara lain kapak corong, nekara, moko, kapak perunggu, dan bejana perunggu. Di samping itu, masyarakatnya telah mengenal teknik pembuatan gamelan, batik, ukiran, dan perhiasan. Referensi Rahmadi, Duwi dan Suheri. 2017. Mari Mengenal Masa Prasejarah. Sukoharjo Sindunata. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bendabenda bersejarah ini dapat dianalisis umurnya dengan teknik analisis sebagai berikut: 1. Tipologi. Tipologi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan bentuknya. Semakin sederhana bentuknya artinya semakin tua umur benda tersebut. 2. Stratigrafi. Stratigrafi adalah cara penentuan umur benda berdasarkan lapisan tanah tempat benda Terasering adalah tanah sengkedan, yakni tanah yang memiliki struktur seperti teras yang berundak. - Kids, pernah kamu mendengar istilah terasering? Yap, terasering adalah bangunan perlindungan tanah dan air. Secara mekanis terasering didesain untuk memperpendek panjang lereng serta atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian serta pengurugan tanah melintang lereng. Upaya konservasi ini ditujukan untuk memaksimalkan daya resapan air dalam lain dari terasering adalah suatu pola atau teknik bercocok tanam dengan sistem bertingkat berteras- teras sebagai upaya pencegahan erosi tanah. Fungsi Terasering Pembuatan terasering bermanfaat untuk meningkatkan peresapan air ke dalam tanah dan mengurangi jumlah aliran permukaan sehingga memperkecil resiko pengikisan oleh air. Selain memiliki manfaat, pembuatan terasering juga mempunyai fungsi tertentu. Berikut beberapa fungsi lain dari terasering • Menjaga dan meningkatkan kestabilan lereng.• Memperbanyak resapan air hujan ke dalam tanah• Mengurangi run off atau kecepatan aliran air di permukaan tanah• Mempermudah perawatan atau konservasi lereng• Mengurangi panjang lereng atau memperkecil tingkat kemiringan lereng.•Mengendalikan arah aliran air menuju ke daerah yang lebih rendah sehingga tak terkonsentrasi pada satu tempat.• Menampung dan menahan air pada lahan miring• Terasering atau sengkedan merupakan metode konservasi dengan membuat teras-teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah. Tujuan Terasering Baca Juga 6 Upaya untuk Mencegah Erosi, Salah Satunya Membuat Terasering Adapun tujuan pembuatan teras untuk mengurangi kecepatan sirkulasi bagian atas run off dan memperbesar peresapan air, sebagai akibatnya kehilangan tanah berkurang. Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Hai, kakak bantu jawab ya. Hubungan antara pola hunian dan bercocok tanam dengan pola hunian adalah ketika masyarakat sudah mulai mengenal sistem pertanian sederhana (bercocok tanam) maka sudah bisa menghasilkan makanannya sendiri dan tidak terlalu bergantung pada alam bebas lagi, yang menyebabkan pola hunian mereka menjadi semi nomaden. Ilustrasi manusia pra-aksara. Foto kehidupan manusia di masa pra-aksara secara umum digolongkan menjadi tiga tahap. Salah satunya masyarakat yang hidup di masa bercocok tanam dan beternak. Ciri masyarakat beternak telah dijumpai pada masa bercocok tanam tingkat dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun oleh Veni Rosfenti, selain bercocok tanam, manusia di masa tersebut memenuhi kebutuhan hidupnya dari beternak hewan dari hasil zaman ini, telah terjadi perubahan besar dalam pola kehidupan masyarakat purba, yakni cara mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dari yang semula berburu dan mengumpulkan makanan food gathering menjadi menghasilkan bahan makanan food producing.Selain cara pemenuhan kebutuhan hidup, pola hunian mereka di masa itu juga mengalami perubahan. Pada mulanya pola hunian mereka berpindah tempat nomaden lalu menjadi menetap sedenter.Berbagai perubahan tersebut secara tidak langsung memengaruhi bagaimana ciri-ciri masyarakat di masa Kehidupan Ekonomi dan HunianIrma Samrotul Fuadah dalam Modul Sejarah Kelas X, menyebutkan bahwa pada masa bercocok tanam, manusia tak lagi sepenuhnya bergantung pada alam. Mereka telah memiliki kemampuan dalam mengolah alam untuk bertahan makanan mereka diperoleh dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Selain membentuk ladang dengan berbagai jenis tanaman, manusia di zaman ini memanfaatkan berbagai jenis hewan ternak, mulai dari kerbau dan hewan ternak telah mengenal sistem bercocok tanam dan beternak, manusia di zaman itu masih melakukan kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil sumber yang sama di atas, manusia di zaman bercocok tanam dan beternak diperkirakan telah melakukan kegiatan perdagangan dengan sistem barter. Barang yang dipertukarkan di zaman itu berupa hasil bercocok tanam, hasil kerajinan seperti gerabah dan dalam Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X, mencatat bahwa pola kehidupan berladang dan beternak juga memengaruhi pola hunian mereka. Proses bercocok tanam yang memerlukan waktu yang lebih lama, menjadikan mereka mulai menerapkan pola kehidupan yang itu, kegiatan beternak juga memperkecil mobilitas mereka. Hal ini karena mereka tak mungkin membawa hewan ternak untuk berpindah-pindah tempat Ciri Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam. Foto Masyarakat Beternak dan Bercocok TanamMerujuk pada sumber yang sama di atas, ciri masyarakat beternak dan bercocok tanam antara lain sebagai berikutTeknologi dalam menghasilkan perkakas guna memenuhi kebutuhan hidup mengalami perkembangan. Hal ini ditandai dengan adanya kapak lonjong dan kapak persegi yang terbuat dari batu masa itu, manusia telah menetap di sebuah wilayah secara berkelompok. Hal tersebut dipengaruhi oleh kehidupan ekonomi mereka berupa kegiatan berladang dan beternak, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perpindahan tempat di zaman ini telah mengenal sistem pembagian kerja mulai dari petani hingga perajin alat perdagangan berupa barter telah diterapkan di masa di zaman ini telah menguasai ilmu astronomi yang mereka gunakan untuk berpindah tempat tinggal.
Hubunganantara pola tempat tinggal dengan bercocok tanam setelah masaa zaman mesolitikum ke neolitikum membuktikan adanya perubahan yang cepat dari segi kebudayaan dari food gathering ke food producing dimana homo sapien sebagai pendukungnya. Inilah pembahasan selengkapnya tentang analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan
Ilustrasi Pola Hunian. Foto PixabayManusia dibekali kemampuan berpikir yang luar biasa, di tengah berbagai keterbatasan yang dihadapinya. Kondisi ini tercermin dalam kehidupan manusia di zaman praaksara, salah satunya berupa pola pada buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, manusia di zaman praaksara menciptakan pola hunian guna melindungi diri sekaligus bertahan dari kondisi alam dan lingkungan pola hunian pada zaman praaksara bergantung pada penggunaan peralatan maupun kondisi lingkungan. Lalu, apa yang dimaksud dengan pola hunian? Berikut ulasan HunianMengutip buku Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid I, pola hunian manusia di zaman praaksara memiliki dua ciri khas. Pertama, memiliki kedekatan dengan sumber mata air. Kedua, berada di alam hunian di zaman praaksara dapat diidentifikasi melalui letak geografis situs dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Salah satu contohnya, yakni manusia yang memiliki ketergantungan terhadap kesediaan air. Inilah mengapa banyak pola hunian di zaman praaksara ditemukan berdekatan dengan sumber pada situs purba di sepanjang sungai Bengawan Solo Sambungmacan, Sangiran, Ngawi, Trinil, dan Ngandong. Selain digunakan untuk bertahan hidup, sumber mata air juga difungsikan sebagai sarana mobilitas dari satu tempat ke tempat yang juga menjadi sumber kehidupan bagi binatang dan tumbuhan. Sumber air dapat mendatangkan binatang untuk minum dan menjadi tempat tumbuhnya berbagai macam Hunian Zaman Berburu dan Meramu hingga Bercocok TanamDi zaman praaksara, manusia hidup berpindah-pindah untuk menemukan sumber buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, manusia di zaman praaksara memiliki ketergantungan yang tinggi pada alam. Akibatnya mereka selalu berpindah-pindah tempat tinggal dan bergantung pada bahan makanan yang Meganthropus dan Pithecanthropus, misalnya, menjadikan lingkungan sungai, pantai, danau, dan tempat dengan sumber air lainnya sebagai tempat tinggal. Mereka membuat sekat dan atap dari dedaunan dan beristirahat di bawah pepohonan masa berburu dan meramu, manusia purba bertempat tinggal di gua ataupun di tepi pantai. Di zaman ini, mereka selalu berpindah-pindah karena hanya mengenal sistem food gathering adalah pengumpulan dan penyeleksian bahan makanan. Di zaman tersebut, manusia purba belum mampu mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan pada masa peralihan Mesolitikum menuju Neolitikum, sistem food gathering berevolusi menuju food sistem food producing, manusia purba telah memproduksi makanan melalui proses bercocok tanam. Kegiatan tersebut secara tidak langsung memengaruhi pola hunian purba melakukan kegiatan bercocok tanam di sekitar tempat tinggalnya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tanah di sekeliling tempat tinggal mereka habis. Kondisi itu mengharuskan mereka berpindah dan mencari lahan pertanian baru.
VRfZmPV.
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/358
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/86
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/588
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/387
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/365
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/458
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/38
  • 8xa9l9hr8w.pages.dev/494
  • pola tempat tinggal dengan bercocok tanam